TUGAS MAKALAH INDIVIDU SOFSKILL
PELAPORAN DAN PERUBAHAN HARGA
PELAPORAN DAN PERUBAHAN HARGA
DISUSUN OLEH :
RENI VITRIA
27213406 / 4EB21
27213406 / 4EB21
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN AJARAN 2016/2017
TAHUN AJARAN 2016/2017
PELAPORAN DAN PERUBAHAN HARGA
A. Pengertian
Pelaporan dan Perubahan Harga
a. Pengertian
Pelaporan
Menurut Siagina,
(2003), “Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bawahan untuk
menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah
dilakukan selama periode tertentu”.
Pelaporan
dilakukan kepada atasan kepada siapa bawahan tersebut bertanggung jawab.
Pelaporan adalah aktivitas yang berlawanan arah dari pengawasan, jika
pengawasan dilaukan oleh pihak atasan untuk mengetahui semua hal yang
menyangkut pelaksanaan kerja bawahan, maka pelaporan merupakan jawaban dari
kegiatan pengawasan tersebut.
b. Pengertian
Perubahan Harga
Fluktuasi nili
mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan
karakteristik yang tidak terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami
istilah perubahan harga (Changing Prices),
kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga
spesifik, yang keduanya termasuk dalam isitilah perubahan harga itu. Suatu
perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan
jasa dalam suatu perekonomian mengalamai perubahan. Kenaikan harga secara
keseluruhan disebut dengan inflasi, sedangkan penurunan harga disebut deflasi
Menurut Suwardjono, (2005), “Pengertian mengenai perubahan harga dibagi menjadi, 2 yaitu :
1. Perubahan
Harga Umum
Suatu perubahn harga umum terjadi apabila secara
rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami
perubahan. Unit-unit moneter memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian daya
beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi (deflation).
2. Perubahan
Harga Spesifik
Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam
harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan
dan penawaran.
B. Laporan
Keuangan Memiliki Potensi untuk Menyelesaikan Selama Periode Perubahan Harga
Selama periode
inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang
mencerminkan nilai terkininya yang lebih tinggi. Nilai aktiva yang dinyatakan
lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai
lebih tinggi.
Dari sudut pandang manajemen, ketidak akuratan
pengukuran dapat mendistorsi :
1.
Proyeksi
keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis
2.
Anggaran
yang menjadi dasar pengukuran kinerja
3.
Data
kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat
dikendalikan.
Laba yang dinilai lebih pada
akhirnya akan menyebabkan :
1.
Kenaikan
dalam proporsi pajak
2.
Permintaan
dividen lebih banyak dari pemegang saham
3.
Permintaan
gaji dan upah yang lebih tinggi dari pekerja
4.
Tindakan
yang merugikan dari Negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang
sangat besar)
Kegagalan
untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli
unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk
menginterprestasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang
dilaporkan.
Fungsi mengakui pengaruh
inflasi secara eksplisit yaitu :
1.
Pengaruh
perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi
suatu perusahaan. Para pengguna tidak
memilki informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor ini.
2.
Mengelol
masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang
akurat atas permasalahan tersebut. Pemahaman yang akurat memerlukan kinerja
usaha yang dilaporkan dalam kondisi-kondisi yang memperhitungkan pengaruh
perubahan harga.
3.
Laporan
dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga
lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan
yang membahas masalah-masalah terebut.
C. Jenis
– Jenis Penyesuaian Inflasi
Setiap jenis
perubahan harga memiliki pengaruh yang berbeda terhadap ukuran-ukuran posisi
keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan.
1.
Penyesuaian
Tingkat Harga Umum
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan
tungkat harga umum (daya beli) disebut mata uang konsata biaya historis atau
ekuivalen daya beli umum. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva
berumur panjang yang dilaporkan didalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya
dinyatakan dalam mata uang nominal.
Apabila biaya historisnya tersebut dialokasikan
terhadap laba periode kini (dalam bentuk beban depresiasi), pendapatan, yang
mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya
beli (yang lebih tinggi) dari periode terdahulu sat aktiva tersebuut dibeli.
Oleh sebab itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan dalam daya
beli umum uang agar dapat ditandingkan secara tepat dengan transaksi kini.
·
Indeks
Harga
1.
Perubahan
tingkat harga umum biasanya diukur dengan tingkat harga
2.
Suatu
indeks harga adalah rasio biaya
·
Penggunaan
Indeks Harga
1.
Angka
Indeks Harga digunakan untuk mentranslasikan jumlah uang yang dibayaran selama
periode tedahulu menjadi ekuivalen daya beli pad akhir periode
2.
Angka-angka tingkat hrga yang telah
disesuaikan tidak mewakili biaya kini po-pos yang dimaksud atau angka-angka
tersebut masih merupakan biaya historis, angka-angka biaya historis disajikan
ulang dalam unit pengukuran yang baru – daya beli umum pada akhir periode.
2.
Penyesuaian
Biaya Kini
Model biaya kini berbeda dengan
akuntansi yang konvesional dalam dua aspek utama. Pertama, aktiva tetap dinilai
berdasarkan biaya kini dan bukan biaya historis. Kedua, laba adalah jumlah
sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode
(tanpa memperhitungkan komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan
kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan.
3.
Biaya Kini
Yang Disesuaikan Dengan Tingkat Harga Umum
Model biaya
kini yang disesuaikan dengan tingkat harga umum menggunakan indeks harg umu maupun
khusus. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan laba dan asset bersih pada
ekuivalen daya beli akhir tahun perusahaan, untuk melaporkan asset bersih
perusahaan pada biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang
menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak. Model ini memilkik ciri khas yakni
pengungkapan biaya kini dari asset nonmoneter perusahaan setelah dikurangi
inflasi ntuk memperlihatkan bagian perubahan nilai asset nonmoneter yang
melebihi atau kurang dari perubahan daya beli umum.
- Sudut Pandang Internasional Terhadap Akauntansi
Inflasi
Beberapa Negara telah mencoba
akuntansi inflasi yang berbeda-beda. Praktik aktual juga
mencerminkan pertimbangan pragmitis seperti parahnya laju inflasi nasional dan
pandangan yang pihak-pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh angka-angka
akuntansi inflasi. Mengamati beberapa metode akuntansi inflasi yang berbeda
sangat bermanfaat pada saat menilai kondisi paling muktahir saat ini.
- Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan / SFAS No.33, yang berjudul “ Pelaporan
Keuangan dan Perubahan Nilai” pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan
AS yang memiliki persedian dan aktifa tetap bernilai lebih dari $125 juta atau
aktiva lebih dari $1 miliyar, untuk selama 5 tahun mencoba melakukan
pengungkapan daya beli konstan biaya historis sebagai kerangka dasar pengukuran
dasar untuk laporan keuangan utama.
Banyak pengguna dan penyusun
informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan bahwa :
- Pengungkapan
ganda yang diwajibkan FASB membingungkan.
- Biaya
penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.
- Pengungkapan
daya beli biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan dengan
biaya kini. Akhirnya diterbitkan SFAS N0.88 untuk membantu perusahaan yang
melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik
awal standar akuntansi inflasi masa depan.
Perusahaan pelapor didorong untuk
mengungkapkan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terakhir :
- Penjualan
bersih dan pendapatan operasi lainya.
- Laba
dari opersi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.
- Kenaikan
atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan.
- Setiap
agregrat penyesuaian translasi mata uang asing berdasarkan biaya kini,
yang timbul dari proses konsolidasi.
- Aktiva
bersih pada akhir tahun menurun dasar biaya kini.
- Laba
per saham menurut dasar biaya kini
- Deviden
per saham biasa
- Harga
pasar akhir tahun perlembar saham biasa
- Tingkat
indeks Harga Konsumen yang digunakan untuk mengukur laba dari opersi
berjalan.
Panduan pengungkapan SFAS No.88 juga
mencakup operasi luar negeri yang dimasukkan dalam laporan konsolidasi induk
perusahaan dari AS perusahaan yang mengadopsi dolar sebagai mata uang
fungsional untuk mengukur operasi luar negerinya memandang operasi-operasi dari
sudut pandang mata uang induk perusahaan.Akibatnya akun-akun operasi harus
ditranslasi ke dalam dolar, kemudian disesuaikan dengan inflasi AS. Perusahaan
multinasional yang mengadopsi mata uang local sebagai mata uang fungsional untuk
kebanyakan operasi luar negerinya menggunakan sudut pandang mata uang local.
FASB memperbolehkan perusahaan tersebut untuk mengunakan metode translasi
sajikan ulang atau menyesuaikan diri terhadap inflasi luar negeri dan kemudian
melakukan translasi kedalam dolar AS. Dengan demikian, penyesuai terhadap data
biaya kini untuk mencerminkan inflasi dapat didasarkan pada indeks tingkat
harga umum AS atau luar negeri.
- Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris /
ACS menerbitkan “Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 / SSAP, “Akuntansi
Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. Meskipun SSAP
16 dibatalkan pada tahun 1988, metodologinya direkomendasikan untuk
perusahaan-perusahaan yang secara sukarela melaporkan akun-akunnya yang
disesuaikan terhadap inflasi. Perbedaan SSAP 16 dengan SFAS 33 adalah:
- Apabila
standar AS mengharuskan akuntansi biaya konstan dan kini, SSAP 16 hanya
mengadopsi metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
- Apabila
penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini
di Inggris mengwajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini,
beserta catatan penjelas.
Standar di Inggris memperbolehkan 3 pilihan pelaporan
:
- Menyajikan
akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap
biaya historis.
- Menyajikan
akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya kini.
- Menyajikan
akun-akun biaya kini sebagai satu-satuny akun yang dilengkanpi dengan
informasi biaya historis yang memadai.
Dengan perlakuan keuntungan dan
kerugian yang terkait dengan pos-pos moneter, FAS 33 menharuskan pengungkapan
terpisah untuk tiap-tiap angka. SSAP 16 mengaharuskan dua angka yang keduanya
mencerminkan pengaruh perubahan harga spesifik, yaitu;
- Penyesuai
modal kerja moneter (Monetary
Working Capital Adjustment) / MWCA Mengakui pengaruh perubahan harga
khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan
dalam operasinya.
- Mekanisme
Penyesuaian Memungkinkan pengaruh perubahan harga spesifik terhadap aktiva
nonmoneter perusahaan.
- Brasil
Walaupun tidak lagi diwajibkan
akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2
kelompok pilihan pelaporan –Hukum Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawasan Pasar
Modal Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan
menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan
menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur
devaluasi mata uang local.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva
permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang
diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian
koreksi moneter. Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham
merupakan jumlah investasi pemegang saham pada awalperiode yang harus tumbuh
agar tidak tertingla dengan laju inflasi. Penyesuaian aktiva permanen yang
lebih kecil daripada penyesuaian ekuitas menyebabkan kerugian daya beli yang
mencerminkan resiko yang dihadapi perusahan terhadap aktiva moneter bersihnya.
- Badan Standar Akuntansi Internasional
Secara khusus laporan keuangan suatu
perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi,
apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus
disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Aturan ini
juga berlaku untuk angka terkait dalam periode sebelumnya. Keuntungan atau
kerugian daya beli yang terkait dengan posisi kewajiban atau aktiva moneter
bersih dimasukan kedalam laba kini. Perusahaan yang melakukan pelaporan juga
harus mengungkapkan :
- Fakta
bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran
telah dilakukan.
- Kerangka
dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama yaitu
penilaian biaya historis atau biaya kini.
- Identitas
dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya
selama periode pelaporan.
- Keuntungan
atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
- Isu-Isu Mengenai Inflasi
Terdapat 4
isu akuntansi inflasi diantaranya :
- Apakah
dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi.
- Perlakuan
akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi.
- Akuntansi
inflasi luar negeri.
- Menghindari
fenomena kejatuhan ganda.
- Keuntungan dan Kerugian Inflasi
Perlakuan keuntungan dan kerugian
pos-pos moneter (yaitu kas, piutang, dan utang) tergolong kontroversial.
Penelitian kami terhadap praktik di berbagai negara mengungkapkan perbedaan
yang penting dalam hal ini. Di Amerika, keuntungan atau kerugian pos-pos
moneter ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan
saldo akhir. Serta transaksi dalam, seluruh aktiva dan kewajiban moneter
(termasuk utang jangka panjang), angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai saldo
terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter
sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
- Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan
Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba
menjadi 2 bagian :
- Laba
operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang
dikonsumsi).
- Keuntungan
yang belum direalisasi yang imbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter
dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi.
Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva
operasi yaitu proyeksi arus keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peralatan,
bukanlah suatu keuntungan baik itu direalisasikan atau tidak. Apabila laba
berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat
digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan aktiva
operasi lainnya merupakan revaluasi equitas pemilik yang merupakan bagian dari
laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya.
- Akuntansi untuk Inflasi Diluar Negeri
Para investor memberi perhatian
terhadap potensi perusahaan untuk menghasilkan deviden, karena nilai investasi
mereka sangat tergantung pada deviden dimasa depan. Potensi suatu perusahaan
untuk menghasilkan deviden berkaitan langsung dengan kapasitasnya untuk memproduksi
barang dan jasa. Jika suatu perusahaan mempertahankan kapasitas produksinya,
baru ada suatu deviden masa depan yang dapat dipertimbangkan. Menyajikan ulang
akun-akun perusahan luar negeri dan domestik menjadi ekuivalen harga kini akan
menghasilkan informasi yang relevan dengan keputusan. Informasi ini memberikan
kesempatan kepada investor untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin yang
menyangkut deviden dimasa depan. Jauh lebih mudah untuk membandingkan dan
mengevaluasi hasil konsolidasi seluruh perusahaan daripada yang dilakukan
dewasa ini.
- Menghindari Kejatuhan Ganda
Ukuran penyesuaian yang terjadi
untuk menghapuskan kejatuhan ganda tergantung pada kurs dan perbedaan inflasi
dan berhubungan secara negatif. Penyesuaian inflasi terhadap harga pokok
penjualan atau beban depresiasi dimaksudkan untuk mengurangi besarnya laba
untuk menghindari penilaian lebih laba bersih. Karena pengaruh hubungan
terbalik antara inflasi lokal dan nilai mata uang, perubahan kurs valuta asing
diantara laporan keuangan yang berurutan yang umumnya disebabkan oleh inflasi
menyebabkan timbulnya sebagian pengaruh inflasi terhadap hasil operasi
perusahaan. Untuk menghindari proses penyesuaian terhadap pengaruh inflasi
sebanyak dua kali, penyesuaian inflasi harus memperhitungkan kerugian translasi
yang sudah tercemin dalam hasil dari suatu
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Siagina, 2003. Manajemen Strategik.
Yogyakarta
Suwardjono, 2005. Perekayasaan Pelaporan
Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Frederick D.S Choi, Gary K.Meek, International
Accounting, Buku 1 – Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta 2005
REVIEW JURNAL PELAPORAN & PERUBAHAN HARGA
Nama Jurnal : Jurnal
Informasi, Perpajakan, Akuntansi
dan Keuangan
Publik
Publik
Volume/ Halaman : VOL. 1, NO. 2/73-90
Nama Penulis : Wibowo dan Melati Adorini
Judul Jurnal : Analisi Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap
Perubahan
Harga Saham (Return)
Sebelum dan Sesudah Ex-Dividen
Date di BEI.
Date di BEI.
Tanggal Jurnal : 10 Juli 2006
Tujuan Penelitian : Untuk menganalisis
pengaruh ex-dividen date terhadap
perubahan harga saham di BEI.
perubahan harga saham di BEI.
Latar Belakang Penelitian : Keputusan dalam melakukan investasi
dipengaruhi oleh
keputusan internal yans salah satunya adalah pembagian
deviden kepada pemegang saham yang dapat menyebabkan
posisi kas suatu perusahaan semakin berkurang. Apabila
pembayaran deviden semakin besar secara keseluruhan
posisi modal akan menurun. Sehingga terjadi abnormal
return. Sehingga diperlukan adanya dukungan teori atas
fenomena ex-deviden date, focus penelitian ini menguji
tenang pengaruh yang ditimbulkan oleh pengumuman
deviden terhadap perubahan harga saham sebelum dan
sesudah ex-deviden date di BEI.
Metode Penelitian : Penelitian yang dilakukan menggunakan teknik pengumpulan
: data dengan metode purpose sampling yaitu suatu metode
pengambilan sampel dengan maksud dan tujuan terentu.
menggunakan 25 perusahaan yang dibagi menjadi 2 klompok
yaitu kelompok deviden naik dan kelompok deviden turun
dan terdaftar di BEI dari saham 2000-2004 dan
mengeluarkan deviden. Metode analisis yang digunakan
adalah metode analisis regresi berganda yang memperhatikan
hubungan antara pengumuman deviden dengan perubahan
harga saham. Berdasarkan data- data yang diperoleh
: perusahaan, selanjutnya dilakukan anaisis dengan tahapan :
1. Tahapan– tahapan analisis data
2. Menghitung Cummulative Abnormal Return (CAR)
3. Menghitung rata-rata atau Average Abnormal Return
(ARR)
4. Menghitung Cummulative Average Abnormal
(CAAR)
keputusan internal yans salah satunya adalah pembagian
deviden kepada pemegang saham yang dapat menyebabkan
posisi kas suatu perusahaan semakin berkurang. Apabila
pembayaran deviden semakin besar secara keseluruhan
posisi modal akan menurun. Sehingga terjadi abnormal
return. Sehingga diperlukan adanya dukungan teori atas
fenomena ex-deviden date, focus penelitian ini menguji
tenang pengaruh yang ditimbulkan oleh pengumuman
deviden terhadap perubahan harga saham sebelum dan
sesudah ex-deviden date di BEI.
Metode Penelitian : Penelitian yang dilakukan menggunakan teknik pengumpulan
: data dengan metode purpose sampling yaitu suatu metode
pengambilan sampel dengan maksud dan tujuan terentu.
menggunakan 25 perusahaan yang dibagi menjadi 2 klompok
yaitu kelompok deviden naik dan kelompok deviden turun
dan terdaftar di BEI dari saham 2000-2004 dan
mengeluarkan deviden. Metode analisis yang digunakan
adalah metode analisis regresi berganda yang memperhatikan
hubungan antara pengumuman deviden dengan perubahan
harga saham. Berdasarkan data- data yang diperoleh
: perusahaan, selanjutnya dilakukan anaisis dengan tahapan :
1. Tahapan– tahapan analisis data
2. Menghitung Cummulative Abnormal Return (CAR)
3. Menghitung rata-rata atau Average Abnormal Return
(ARR)
4. Menghitung Cummulative Average Abnormal
(CAAR)
Pengujian statistic untuk menguji signifikasi
antara
pengumuman deviden dengan perubahan return saham
melalui 2 tahap yaitu uji hipotesis perbedaan
dua rata-rata dan uji t.
pengumuman deviden dengan perubahan return saham
melalui 2 tahap yaitu uji hipotesis perbedaan
dua rata-rata dan uji t.
Variabel Penelitian : 1. Variabel Bebas :
Deviden naik dan deviden
turun.
2. Variabel Terikat : Return saham
Hasil Penelitian : 1. Untuk kelompok Perusahaan deviden naik, pengumuman
deviden naik di Bursa Efek Jakarta tidak mengakibatkan
timbulnya perbedaan return saham (Abnormal return)
sebelum dan sesudah Ex-deviden date di BEJ pada
perusahaan- perusahaan yang menjadi sampel.
2. Harga saham bereaksi negative terhadap informasi
Ex-deviden date, sehingga pada kelompok deviden turun
informasi Ex-Deviden date merupakan bad news bagi
investor kurang memperhatikan Ex-deviden date sehingga
pada saat harga saham mengalami penurunan investor
membeli dengan harga yang lebih mahal yang mengakibat
kan diperolehnya abnormal return yang negative.
2. Variabel Terikat : Return saham
Hasil Penelitian : 1. Untuk kelompok Perusahaan deviden naik, pengumuman
deviden naik di Bursa Efek Jakarta tidak mengakibatkan
timbulnya perbedaan return saham (Abnormal return)
sebelum dan sesudah Ex-deviden date di BEJ pada
perusahaan- perusahaan yang menjadi sampel.
2. Harga saham bereaksi negative terhadap informasi
Ex-deviden date, sehingga pada kelompok deviden turun
informasi Ex-Deviden date merupakan bad news bagi
investor kurang memperhatikan Ex-deviden date sehingga
pada saat harga saham mengalami penurunan investor
membeli dengan harga yang lebih mahal yang mengakibat
kan diperolehnya abnormal return yang negative.
Kesimpulan Penelitian :
Pengaruh pengumuman deviden terhadap perubahan harga
saham masih ditunjukkan dengan adanya perbedaan
abnormal return pada sekitar tanggal Ex-deviden date.
Pendapat mengenai Jurnal : Penelitian ini sangat bermanfaat untuk pihak yang berkepen
tingan seperti investor dan manajer. Khususnya untuk
Ex-deviden date. Adanya keterbatasan pada pengambilan
periode sampel memungkinkan untuk dilakukannya kriteria
yang lebih moderat serta jumlah sampel yang lebih banyak
sehingga menyempurnakan hasil penelitian tersebut.
saham masih ditunjukkan dengan adanya perbedaan
abnormal return pada sekitar tanggal Ex-deviden date.
Pendapat mengenai Jurnal : Penelitian ini sangat bermanfaat untuk pihak yang berkepen
tingan seperti investor dan manajer. Khususnya untuk
Ex-deviden date. Adanya keterbatasan pada pengambilan
periode sampel memungkinkan untuk dilakukannya kriteria
yang lebih moderat serta jumlah sampel yang lebih banyak
sehingga menyempurnakan hasil penelitian tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar