PEREKONOMIAN INDONESIA
DARI MASA KE MASA
1EB21
Ø DEBORA
PRISCILLA (22213095)
Ø ELSA
SYLVIA (22213881)
Ø RENI
VITRIA (27213406)
Ø VINA
INDRIANI (29213151)
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kami membuat
makalah ini dilatarbelakangi dengan dinamika perekonomian bangsa Indonesia.
Untuk mengatasi perekonomian tersebut perlu kita pelajari sejarah perekonomian
Indonesia di masa lalu, dan bagaimana cara mengatasinya dan kebijakan-kebijakan
ekonomi apa saja yang sudah diambil pemerintah dan bagaimana dampaknya terhadap
perekonomian Indonesia serta dapat memberikan kontribusi untuk mengatasi
permasalah ekonomi yang ada. Sistem perekonomian Indonesia dari asa ke masa
dibagi menjadi 4 yaitu pada masa Penjajahan, Pemerintahan pada masa Orde Lama,
Pemerintahan pada masa Orde Baru, dan Pemerintahan pada masa Reformasi.
1.2 Pembahasan
Dalam
pembahasan rumusan masalah, penyusun bisa menyampaikan beberapa pertanyaan,
yaitu :
1. Bagaimana keadaan perekonomian
Indonesia pada zaman penjajahan, orde lama, orde baru, dan reformasi?
2. Dampak kebijakan politik terhadap
perekonomian Indonesia pada saat itu?
3. Dampak kebijakan ekonomi yang diambil
pemerintah pada saat itu?
1.3 Tujuan
Dimana dalam
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai penunjang nilai dalam mata kuliah
Softskill “PEREKONOMIAN INDONESIA”. Selain itu tujuan dalam penulisan makalah
ini adalah ingin mengetahui bagaimana perkembangan dan kondisi perekonomian
Indonesia pada zaman penjajahan, orde lama, orde baru, dan reformasi.
BAB II
ISI
2.1 Pada masa Penjajahan
Daya tarik
Indonesia akan sumber daya alam dan rempah-rempah membuat bangsa-bangsa Eropa
berbondong-bondong datang untuk menguasai Indonesia. Sebelum merdeka, Indonesia
mengalami masa penjajahan yang terbagi dalam beberapa periode. Yaitu pada masa
pendudukan Belanda, Inggris, dan Jepang.
1.
Perekonomian
Indonesia Pada Masa Pendudukan Belanda
Pada masa penjajahan indonesia menerapkan sistem perekonomian
monopolis.dimana setiap kegiatan perekonomian dijalankan desuai penguasa
perdaganga dan Indonesia saat itu. VOC adalah lembaga yang menguasai
perdagangan Indonesia saat itu. Pada masa VOC berkuasa mereka nerap kan
peraturan dan strategi agar mereka tetep menguasai perekonomian Indonesia.
Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC seperti verplichte leverentie
(kewajiban meyerahkan hasil bumi pada VOC ) dan contingenten (pajak hasil bumi)
dirancang untuk mendukung monopoli itu. Disamping itu, VOC juga menjaga agar
harga rempah-rempah tetap tinggi, antara lain dengan diadakannya pembatasan
jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam penduduk, pelayaran Hongi dan
hak extirpatie (pemusnahan tanaman yang jumlahnya melebihi peraturan). Semua
aturan itu pada umumnya hanya diterapkan di Maluku yang memang sudah diisolasi
oleh VOC dari pola pelayaran niaga samudera Hindia.
Untuk
mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain
meliputi :
a. Hak mencetak uang
b. Hak mengangkat dan memberhentikan
pegawai
c. Hak menyatakan perang dan damai
d. Hak untuk membuat angkatan bersenjata
sendiri
e. Hak untuk membuat perjanjian dengan
raja-raja
Hak-hak itu
seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda. Namun walau
demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC.
Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor
sesuai permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah.
2.
Sistem
Perekonomian Indonesia Masa Pendudukan Inggris
Pada tahun 1811-1816 pimpinan Inggris di India yaitu Lord
Muito memerintahkan Thomas raffles yang berkedudukan di Penang untuk menguasai
pulau Jawa. Dengan mengerahkan 60 kapal , Inggris berhasil meduduki Batavia
pada tanggal 26 Agustus 1811 dan pada tanggal 18 september 1811 Belanda
menyerah melalui kapitulasi tuntang .
Raffles diangkat sebagai Letnan Gubernur dengan tugas
mengatur pemerintahan dari peningkatan perdagangan dan keamanan. Dan Tugas
Raffles di Indonesia dalam Bidang Perekonomian dan Keuangan adalah sebagai
berikut :
a. Melaksanakan system sewa tanah (Land
Rente) , tindakan ini didasarkan pada pendapatan bahwa pemerintah Inggris
adalah yang berkuasa atas semua tanah, sehingga penduduk yang menepati tanah
wajib membayar pajak
b. Meneruskan usaha yang pernah
dilakukan belanda misalnya penjualan tanah kepada swasta, serta penanaman kopi
c. Melakukan penanaman bebas ,
melibatkan rakyat ikut serta dalam perdagangan.
d. Memonopoli garam agar tidak
dipermainkan dalam perdagangan karena sangat penting bagi rakyat
e. Menghapus segala penyerahan wajib dan
kerja rodi
3.
Cultuurstelstel
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada
tahun 1836 atas inisiatif Van Den Bosch dengan tujuan memproduksi berbagai
komoditi yang diminta di pasar dunia. Sistem tersebut sangat menguntungkan
Belanda namun semakin menyiksa pribumi. Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu
cultuurstelstel amat memeras keringat dan darah mereka, apalagi aturan kerja
rodi juga masih diberlakukan.
Berlakunya
Sistem Tanam Paksa dan Ketentuan-ketentuan pokok dalam tanam paksa adalah:
a.
Penduduk
diharuskan menyediakan sebagian tanahnya untuk tanaman yang laku dijual ke
Eropa
b.
Tanah
yang di pergunakan tidak melebihi 1/5 tanah yang dimiliki penduduk desa
c.
Waktu
untuk memelihara tanman tidak melebihi waktu yang dipergunakan untuk memelihara
tanaman padi
d.
Bagian
tanah yang ditanami tersebut bebas pajak
e.
Bila
hasil bumi melebihi nilai pajak yang harus dibayar rakyat maka kelebihan hasil
bumi tersebut diberikan kepada rakyat
f.
Jika
gagal panen yang tidak disebabkan oleh kesalahan petani maka kerugian
ditanggung pemerintah
g.
Penduduk
yang bukan petani wajib bekerja dikebun , pabrik atau pengangkutan untuk
kepentingan belanda.
h.
Namun
segi positifnya adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman
komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya
ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup.
4.
Sistem
Perekonomian Indonesia Masa Pendudukan Jepang
Aspek
Kehidupan Ekonomi Bangsa Indonesia pada masa Penjajahan Jepang adalah sebagai
berikut :
·
Kegiatan
ekomoni masyarakat Indonesia pada masa Jepang diarahkan untuk kepentingan
Jepang. Jepang berusaha untuk menguasai dan mendapatkan semua sumber-sumber
bahan mentah untuk industri Jepang. Jepang dalam rangka untuk mewujudkan
ambisinya melaksanakan konsep ekonomi Hakko ichiu bahwa Jepang berkeinginan
untuk menjadikan seluruh kawasan Asia Pasifik ada di bawah kendali Jepang
dengan Asia Pacifik Timur Raya.
·
Pemerintah
pendudukan Jepang mulai mengeluarkan peraturan-peraturan untuk menjalankan
ekonomi. Semua harta benda dan perusahaan perkebunan sekutu disita dan
perusahaan vital seperti pertambangan, telekomunikasi dan perusahaan transport
langsung dikuasai pemerintah Jepang. Jepang juga mengadakan
pembatasan-pembatasan dan penguasaan alat-alat produksi yang merupakan ciri
ekonomi perang. Sistim autarki artinya setiap daerah harus mencukupi kebutuhan
sendiri serta harus dapat menunjang kebutuhan perang. Selain itu juga rakyat
masih dibebani pekerjaan yang bersifat wajib. Rakyat dipaksa untuk dijadikan
romusha.
Dampak
Positif pada masa Pendudukan Jepang di bidang ekonomi bagi Bangsa Indonesia
adalah :
1. Didirikannya kumyai yaitu koperasi
yang bertujuan untuk kepentingan bersama.
2. Diperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian
yaitu line system (sistem pengaturan bercocok tanam secara efisien) yang
bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan.
Dampak
Negatif pada masa Pendudukan Jepang di bidang ekonomi bagi Bangsa Indonesia
adalah :
1.
Penghapusan
semua organisasi politik dan pranata sosial warisan Hindia Belanda yang
sebenarnya banyak diantaranya yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
sosial, ekonomi, dan kesejahteraan warga.
2.
Romusha,
mobilisasi rakyat Indonesia (terutama warga Jawa) untuk kerja paksa dalam
kondisi yang tidak manusiawi.
3.
Penghimpunan
segala sumber daya seperti sandang, pangan, logam, dan minyak demi kepentingan
perang. Akibatnya beras dan berbagai bahan pangan petani dirampas Jepang
sehingga banyak rakyat yang menderita kelaparan.
4.
Krisis
ekonomi yang sangat parah. Hal ini karena dicetaknnya uang pendudukan secara
besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
5.
Kebijakan
self sufficiency (kawasan mandiri) yang menyebabkan terputusnya hubungan ekonomi
antar daerah.
2.2 Pada masa Orde Lama
Masa orde lama dimulai dari tanggal 17 Agustus 1945 saat
Indonesia merdeka. Pada saat itu,keadaan ekonomi Indonesia mengalami stagflasi
(artinya stagnasi produksi atau kegiatan produksi terhenti pada tingkat inflasi
yang tinggi). Indonesia pernah mengalami sistem politik yang demokratis yakni
pada periode 1949 sampai 1956. Selama periode 1950an struktur ekonomi Indonesia
masih peninggalan jaman kolonial, struktur ini disebut dual society dimana
struktur dualisme menerapkandiskriminasi dalam setiap kebijakannya baik yang
langsung maupun tidak langsung.Keadaan ekonomi Indonesia menjadi bertambah
buruk dibandingkan pada masa penjajahanBelanda. Sejak tahun 1955, pembangunan
ekonomi mulai meramba ke proyek-proyek besar. Hal ini dikuatkan dengan
keluarnya kebijakan Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun (1961). Kebijakan
ini berisi rencana pendirian proyek-proyek besar dan beberapa proyek kecil
untuk mendukung proyek besar tersebut. Rencana ini mencakup sektor-sektor
penting dan menggunakan perhitungan modern.
1.
Masa
pasca Kemerdekaan (1945-1950).
Pada masa
awal kemerdekaan, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk, yang antara lain
disebabkan oleh :
a.
Inflasi
yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata
uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah
RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De
Javashe Bank ,mata uang pemerintah Hindia Belanda,dan mata uang pendudukan
Jepang. Pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for
Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di
daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga
mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang
beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
b.
Adanya
blockade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu
perdagangan luar negeri RI.
c.
Kas
Negara kosong
d.
Eksploitasi
besar-besaran di masa penjajahan
Usaha-usaha
yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ekonomi,antara lain :
a.
Program
Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan IR. Surachman pada bulan
Juli 1946.
b.
Upaya
menembus blockade dengan diplomasi beras ke India (India merupakan Negara yang
mengalami nasib yang sama dengan Indonesia yaitu sama-sama pernah dijajah,
Indonesia menawarkan bantuan berupa padi sebanyak 500.000 ton dan India
menyerahkan sejumlah obat-obatan kepada Indonesia),mengadakan kontak dengan
perusahaan swasta Amerika, dan menembus blockade Belanda di Sumatera dengan
tujuan ke Singapura dan Malaysia.
c.
Konferensi
Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat
dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah
produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi
perkebunan-perkebunan.
d.
Pembentukan
Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947 Rekonstruksi dan
Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas angkatan
perang ke bidang-bidang produktif.
e.
Kasimo
Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk
pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan perekonomian
akan membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber
kekayaan).
2.
Masa
Demokrasi Liberal (1950-1957)
Permasalah
ekonomi yang dihadai oleh bangsa Indonesia masih sama seperti sebelumnya.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
a.
Program
Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan
mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing
dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya
pada importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan
pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional.
Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif
dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
b.
Pada
kabinet ini untuk pertama kalinya terumuskan suatu perencanaan pembangunan yang
disebut Rencana Urgensi Perekonomian (RUP).
c.
Nasionalisasi
De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th
1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi. (Kabinet Sukiman).
d.
Sistem
ekonomi Ali (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan
pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan
pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi
usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. (Kabinet ini sangat melindungi
importer pribumi, sangat berkeinginan mengubah perekonomian dari struktur
colonial menjadi nasional).
e.
Pembatalan
sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk pembubaran Uni
Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya
sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih
perusahaan-perusahaan tersebut.(Kabinet Burnahudin).
3.
Masa
Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai
akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem
etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan
akan membawa Indonesia pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial,
politik,dan ekonomi. Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil
pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia,
antara lain :
a.
Devaluasi
yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai berikut :Uang
kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp
100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
b.
Pembentukan
Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi
perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.
c.
Devaluasi
yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp
1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah
lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih
tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi.
2.3 Pada masa Orde Baru
Prioritas
yang dilakukan adalah pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Modal asing mulai masuk sehingga industrialisasi mulai dikerjakan dan Rencana
Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) yang pertama dibuat tahun 1968. Pada tahun
1970-an dan awal 1980-an harga minyak bumi melonjak tinggi di pasar dunia
sehingga Orde Baru mampu membangun dan mengendalikan inflasi serta membuat
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak
membuat rakyatnya bebas dari kemiskinan dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang
hanya dinikmati segelintir orang saja.
Dampak
negatif kondisi ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru antara lain :
a.
Ketergantungan
terhadap Minyak dan Gas Bumi (Migas).
Migas merupakan salah satu
sumber pendapatan utama bagi anggaran belanja negara. Migas sangat berpengaruh
bagi pendapatan negara sehingga turunnya harga minyak mengakibatkan menurunnya
pendapatan negara.
b.
Ketergantungan
terhadap Bantuan Luar Negeri.
Akibat berkurangnya pendapatan dari Migas, pemerintah
melakukan penjadualan kembali proyek – proyek pembangunan yang ada, terutama
yang menggunakan valuta asing. Mengusahakan peningkatan ekspor komoditi non
migas dan terakhir meminta peningkatan pinjaman luar negeri kepada negara –
negara maju. Tahun 1983, Indonesia negara ketujuh terbesar dalam jumlah hutang
dan tahun 1987 naik ke peringkat keempat. Ironisnya, di tahun 1986/87, sebanyak
81% hutang yang diperoleh untuk membayar hutang lama ditambah bunganya. Akhir
1970-an, proses pembangunan di Indonesia mengalami “non market failure”
sehingga banyak kerepotan dalam proses pembangunan, misalnya merebaknya
kemiskinan dan meluasnya kesenjangan pendapatan, terutama disebabkan oleh
“market failure”. Mendekati pertengahan 1980-an, terjadi kegagalan pemerintah
(lembaga non pasar) dalam menyesuaikan mekanisme kinerjanya terhadap dinamika
pasar. Ekonomi Indonesia menghadapi tantangan berat akibat kemerosotan
penerimaan devisa dari ekspor minyak bumi pada awal 1980-an. Kebijakan pembangunan
Indonesia yang diambil dikenal dengan sebutan “structural adjustment” dimana
ada 4 jenis kebijakan penyesuaian sebagai berikut :
·
Program
stabilisasi jangka pendek atau kebijakan manajemen permintaan dalam bentuk
kebijakan fiskal, moneter dan nilai tukar mata uang dengan tujuan menurunkan
tingkat permintaan agregat. Dalam hal ini pemerintah melakukan berbagai
kebijakan mengurangi defisit APBN dengan memotong atau menghapus berbagai
subsidi, menaikkan suku bunga uang (kebijakan uang ketat) demi mengendalikan
inflasi, mempertahankan nilai tukar yang realistik (terutama melalui devaluasi
September 1986).
·
Kebijakan
struktural demi peningkatan output melalui peningkatan efisiensi dan alokasi
sumber daya dengan cara mengurangi distorsi akibat pengendalian harga, pajak,
subsidi dan berbagai hambatan perdagangan, tarif maupun non tarif. Kebijakan
“Paknov 1988” yang menghapus monopoli impor untuk beberapa produk baja dan
bahan baku penting lain, telah mendorong mekanisme pasar berfungsi efektif pada
saat itu.
·
Kebijakan
peningkatan kapasitas produktif ekonomi melalui penggalakan tabungan dan
investasi. Perbaikan tabungan pemerintah melalui reformasi fiskal, meningkatkan
tabungan masyarakat melalui reformasi sektor finansial dan menggalakkan
investasi dengan cara memberi insentif dan melonggarkan pembatasan.
·
Kebijakan
menciptakan lingkungan legal yang bisa mendorong agar mekanisme pasar
beroperasi efektif termasuk jaminan hak milik dan berbagai tindakan
pendukungnya seperti reformasi hukum dan peraturan, aturan main yang menjamin
kompetisi bebas dan berbagai program yang memungkinkan lingkungan seperti itu.
Dampak dari
kebijakan tersebut cukup meyakinkan terhadap ekonomi makro, seperti investasi
asing terus meningkat, sumber pendapatan bertambah dari perbaikan sistem pajak,
produktivitas industri yang mendukung ekspor non-migas juga meningkat. Namun
hutang Indonesia membengkak menjadi US$ 70,9 milyarHutang inilah sebagai salah
satu faktor penyebab Pemerintahan Orde Baru runtuh. Pemerintahan Orde Baru
membangun ekonomi hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
pengendalian inflasi tanpa memperhatikan pondasi ekonomi yang memberikan dampak
sebagai berikut:
·
Kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia, sebagai salah satu faktor produksi,
tidak disiapkan untuk mendukung proses industrialisasi.
·
Barang
– barang impor (berasal dari luar negeri) lebih banyak digunakan sebagai bahan
baku dalam proses industri sehingga industri Indonesia sangat bergantung pada
barang impor tersebut.
Stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama. Program
pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan
negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Penggunaan beberapa sistem
ekonomi. Penggunaan beberapa sistem ekonomi tidak membuat perekonomian
Indonesia menjadi lebih baik, maka dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam
kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Pada masa penggunaan sistem ini
terdapat campur tangan pemerintah. Kebijakan ekonominya diarahkan pada
pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan yang dilakukan
dala jangka waktu 25-30 yang disebut Pelita,diantaranya:
·
Kebutuhan
pokok
·
Pendidikan
dan kesehatan
·
Pembagian
pendapatan
·
Kesempatan
kerja
·
Kesempatan
berusaha
·
Partisipasi
wanita dan generasi muda
·
Penyebaran
pembangunan dan peradilan.
2.4 Pada masa Reformasi
Pada Masa
Reformasi prekonomian Indonesia menganut Sistem Ekonomi Pancasila (Demokrasi
Ekonomi). Reformasi secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang
telah ada pada suatu masa. Di Indonesia, kata Reformasi umumnya merujuk
kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden
Soeharto atau era setelah Orde Baru. Aturan main sistem ekonomi Pancasila yang
lebih ditekankan pada sila ke-4 kerakyatan (yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan) menjadi slogan baru yang
diperjuangkan sejak reformasi. Melalui gerakan reformasi banyak kalangan
berharap hukum dan moral dapat dijadikan landasan pikir dan landasan
kerja. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang memihak dan
melindungi kepentingan ekonomi rakyat melalui upaya-upaya dan program-program
pemberdayaan ekonomi rakyat. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sub-sistem
dari sistem ekonomi Pancasila, yang diharapkan mampu meredam ekses
kehidupan ekonomi yang liberal.
Pemerintahan
presiden BJ.Habibie yang mengawali masa reformasi belum belum ada tindakan yang
cukup berarti untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan dalam bidang
ekonomi. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru
harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme),
pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs
rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan
kredibilitasnya di mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh
presiden Megawati.
Sejak krisis
moneter tahun 1997, perusahaan swasta mengalami kerugian dan kesulitan dalam
membayar gaji karyawan. Sementara itu harga sembako semakin tinggi, sehingga
banyak karyawan yang menuntut kenaikan gaji pada perusahaan yang pada akhirnya
berimbas pada PHK. Dampaknya adalah jumlah pengangguran semakin bertambah
mencapai 40 juta orang sehingga maraknya tindakan kriminalitas yang terjadi
dalam masyarakat.
1.
Masa
kepemimpinan Megawati Soekarnoputri
Masalah-masalah
yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum.
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi
antara lain :
a.
Meminta
penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club
ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
b.
Kebijakan
privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam periode
krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi
kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu
berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan
ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke
perusahaan asing.
c.
Di
masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi),
tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal
keberadaan korupsi membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan
modal di Indonesia, dan mengganggu jalannya pembangunan nasional.
2.
Masa
Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono
Pada masa
pemerintahnnya, SBY tidak lepas dari kontroversial-kontroversial yang telah
dilakukannya. Kontroversial-kontroversial tersebut seperti:
a.
Mengurangi
subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar
belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke
subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
b.
BLT
(Bantuan Langsung Tunai) tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya
menimbulkan berbagai masalah sosial.
c.
Mengandalkan
pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta
mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi merupakan
kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Salah satunya
adalah diadakannya Indonesian Infrastruccture Summit pada bulan November 2006
lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.
d.
Pada
pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF
sebesar 3,2 miliar dolar AS. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negri
kembali mencuat.
e.
Setelah
keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin
menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari
2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena
beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sector riil
masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga
kinerja sector riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi.
f.
Birokrasi
pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja
Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu
sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negri, tapi di lain
pihak, kondisi dalam negri masih kurang kondusif.
BAB III
KESIMPULAN
Pada masa
penjajahan, perekonomian Indonesia yang paling buruk karena Indonesia dijajah
dan dimanfaatkan sumber daya alam serta sumber daya manusianya untuk
kepentingan dan keuntungan negara penjajah yaitu Belanda, Inggris, dan
Jepang.
Masa
pemerintahan Orde Lama merupakan masa perekonomian yang sangat sulit karena
masa ini Indonesia masih baru merdeka sehingga masih timbul berbagai gejolak
politik. perekonomianpun belum mengalami perubahan yang signifikan.
Perekonomian masih dipengaruhi oleh gaya perekonomian Belanda. Pemerintahan
masa ini di pimpin oleh Soekarno (1945-1965).
Kebijakan-kebijakan
ekonomi selama Orde Baru memang telah menghasilkan suatu proses transformasi
ekonomi yang pesat dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi dengan
biaya ekonomi tinggi dan fundamental ekonomi yang rapuh. Hal terakhir dapat
dilihat pada buruknya kondisi sektor perbankan nasional dan semakin besarnya
ketergantungan Indonesia terhadap modal Asing, termasuk pinjaman, dan impor.
Ini semua membuat Indonesia dilanda suatu krisis ekonomi yang besar yang
diawali oleh krisis nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pada pertengahan 1997.
Memasuki
pemerintahan masa transisi, sejak mulai terjadinya krisis di belahan
Negara-negara Asia pada akhir masa pemerintahan orde baru, dan adanya
peninggalan ketergantungan Negara terhadap bantuan modal asing, sehingga
mulai jatuhnya nilai tukar Rupiah di pasar global. Negara-negara pemberi
bantuan pun mulai tidak percaya atas kemampuan Indonesia untuk menangani krisis
yang terjadi di negaranya. Adanya gejolak untuk mereformasikan Negara Indonesia
oleh mahasiswa sehingga terjadi tragedy tri sakti. Masa ini dipimpin oleh
Habibie (1997-1998).
Memasuki masa pemerintahan reformasi sampai masa cabinet SBY, merupakan masa
yang dipimpin oleh Gus Dur justru semakin memburuk keadaan ekonominya karena
seolah-olah tidak ada niat untuk berpolitik secara sungguh-sungguh terlihat
dari caranya memandang inflasi yang hanya dianggap sebagai pengaruh amandemen
UU BI saja.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
·
tutiutii.blogspot.com/2012/03/perekonomian-indonesia-diera-orde-baru.html
·
egi-is.blogspot.com/2012/04/perekonomian-indonesia-di-era-orde-baru.html
·
restyresty.wordpress.com/2012/06/06/sejarah-perekonomian-indonesia/
·
annisawidiya.blogspot.com/2013/05/perekonomian-indonesia-sebelum.html
·
endrayanie.blogspot.com/2012/03/perkembangan-sistem-perekonomian.html
·
bundahega.blogspot.com/2013/07/perkembangan-perekonomian-indonesia.html
·
http://splashurl.com/m659w2g
·
http://splashurl.com/mshjokq
·
http://splashurl.com/lzltm3a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar