hiii

Kamis, 13 Juli 2017

TUGAS SOFTSKILL "PELAPORAN DAN PERUBAHAN HARGA"

TUGAS MAKALAH INDIVIDU SOFSKILL
PELAPORAN DAN PERUBAHAN HARGA





DISUSUN OLEH :
RENI VITRIA
27213406 / 4EB21

  

UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN AJARAN 2016/2017




PELAPORAN DAN PERUBAHAN HARGA

A.    Pengertian Pelaporan dan Perubahan Harga
a.      Pengertian Pelaporan
Menurut Siagina, (2003), “Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bawahan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama periode tertentu”.
Pelaporan dilakukan kepada atasan kepada siapa bawahan tersebut bertanggung jawab. Pelaporan adalah aktivitas yang berlawanan arah dari pengawasan, jika pengawasan dilaukan oleh pihak atasan untuk mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja bawahan, maka pelaporan merupakan jawaban dari kegiatan pengawasan tersebut.

b.      Pengertian Perubahan Harga
Fluktuasi nili mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang tidak terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga (Changing Prices), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam isitilah perubahan harga itu. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalamai perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut dengan inflasi, sedangkan penurunan harga disebut deflasi
                  Menurut Suwardjono, (2005), “Pengertian mengenai perubahan harga dibagi  menjadi, 2 yaitu :
1.      Perubahan Harga Umum
Suatu perubahn harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Unit-unit moneter memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi (deflation).
2.      Perubahan Harga Spesifik
Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran.

B.     Laporan Keuangan Memiliki Potensi untuk Menyelesaikan Selama Periode Perubahan Harga
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya yang lebih tinggi. Nilai aktiva yang dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai lebih tinggi.

Dari sudut pandang manajemen, ketidak akuratan pengukuran dapat mendistorsi :
1.      Proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis
2.      Anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja
3.      Data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan.
Laba yang dinilai lebih pada akhirnya akan menyebabkan :
1.      Kenaikan dalam proporsi pajak
2.      Permintaan dividen lebih banyak dari pemegang saham
3.      Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pekerja
4.      Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar)

Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterprestasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan.
Fungsi mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit yaitu :
1.      Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu  perusahaan. Para pengguna tidak memilki informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor ini.
2.      Mengelol masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas permasalahan tersebut. Pemahaman yang akurat memerlukan kinerja usaha yang dilaporkan dalam kondisi-kondisi yang memperhitungkan pengaruh perubahan harga.
3.      Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah terebut.

C.    Jenis – Jenis Penyesuaian Inflasi
Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbeda terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan.
1.      Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tungkat harga umum (daya beli) disebut mata uang konsata biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan didalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal.
Apabila biaya historisnya tersebut dialokasikan terhadap laba periode kini (dalam bentuk beban depresiasi), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli (yang lebih tinggi) dari periode terdahulu sat aktiva tersebuut dibeli. Oleh sebab itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan secara tepat dengan transaksi kini.
·         Indeks Harga
1.      Perubahan tingkat harga umum biasanya diukur dengan tingkat harga
2.      Suatu indeks harga adalah rasio biaya
·         Penggunaan Indeks Harga
1.      Angka Indeks Harga digunakan untuk mentranslasikan jumlah uang yang dibayaran selama periode tedahulu menjadi ekuivalen daya beli pad akhir periode
2.       Angka-angka tingkat hrga yang telah disesuaikan tidak mewakili biaya kini po-pos yang dimaksud atau angka-angka tersebut masih merupakan biaya historis, angka-angka biaya historis disajikan ulang dalam unit pengukuran yang baru – daya beli umum pada akhir periode.


2.      Penyesuaian Biaya Kini
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi yang konvesional dalam dua aspek utama. Pertama, aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya historis. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan.

3.      Biaya Kini Yang Disesuaikan Dengan Tingkat Harga Umum
Model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga umum menggunakan indeks harg umu maupun khusus. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan laba dan asset bersih pada ekuivalen daya beli akhir tahun perusahaan, untuk melaporkan asset bersih perusahaan pada biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak. Model ini memilkik ciri khas yakni pengungkapan biaya kini dari asset nonmoneter perusahaan setelah dikurangi inflasi ntuk memperlihatkan bagian perubahan nilai asset nonmoneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya beli umum.

  1. Sudut Pandang Internasional Terhadap Akauntansi Inflasi
Beberapa Negara telah mencoba akuntansi inflasi yang berbeda-beda. Praktik aktual juga mencerminkan pertimbangan pragmitis seperti parahnya laju inflasi nasional dan pandangan yang pihak-pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi inflasi. Mengamati beberapa metode akuntansi inflasi yang berbeda sangat bermanfaat pada saat menilai kondisi paling muktahir saat ini.
  1. Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan / SFAS No.33, yang berjudul “ Pelaporan Keuangan dan Perubahan Nilai” pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persedian dan aktifa tetap bernilai lebih dari $125 juta atau aktiva lebih dari $1 miliyar, untuk selama 5 tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya historis sebagai kerangka dasar pengukuran dasar untuk laporan keuangan utama.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan bahwa :
  1. Pengungkapan ganda yang diwajibkan FASB membingungkan.
  2. Biaya penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.
  3. Pengungkapan daya beli biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan dengan biaya kini. Akhirnya diterbitkan SFAS N0.88 untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik awal standar akuntansi inflasi masa depan.
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapkan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terakhir :
  1. Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainya.
  2. Laba dari opersi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.
  3. Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan.
  4. Setiap agregrat penyesuaian translasi mata uang asing berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi.
  5. Aktiva bersih pada akhir tahun menurun dasar biaya kini.
  6. Laba per saham menurut dasar biaya kini
  7. Deviden per saham biasa
  8. Harga pasar akhir tahun perlembar saham biasa
  9. Tingkat indeks Harga Konsumen yang digunakan untuk mengukur laba dari opersi berjalan.
Panduan pengungkapan SFAS No.88 juga mencakup operasi luar negeri yang dimasukkan dalam laporan konsolidasi induk perusahaan dari AS perusahaan yang mengadopsi dolar sebagai mata uang fungsional untuk mengukur operasi luar negerinya memandang operasi-operasi dari sudut pandang mata uang induk perusahaan.Akibatnya akun-akun operasi harus ditranslasi ke dalam dolar, kemudian disesuaikan dengan inflasi AS. Perusahaan multinasional yang mengadopsi mata uang local sebagai mata uang fungsional untuk kebanyakan operasi luar negerinya menggunakan sudut pandang mata uang local. FASB memperbolehkan perusahaan tersebut untuk mengunakan metode translasi sajikan ulang atau menyesuaikan diri terhadap inflasi luar negeri dan kemudian melakukan translasi kedalam dolar AS. Dengan demikian, penyesuai terhadap data biaya kini untuk mencerminkan inflasi dapat didasarkan pada indeks tingkat harga umum AS atau luar negeri.

  1. Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris / ACS menerbitkan “Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 / SSAP, “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. Meskipun SSAP 16 dibatalkan pada tahun 1988, metodologinya direkomendasikan untuk perusahaan-perusahaan yang secara sukarela melaporkan akun-akunnya yang disesuaikan terhadap inflasi. Perbedaan SSAP 16 dengan SFAS 33 adalah:
  1. Apabila standar AS mengharuskan akuntansi biaya konstan dan kini, SSAP 16 hanya mengadopsi metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
  2. Apabila penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mengwajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelas.
Standar di Inggris memperbolehkan 3 pilihan pelaporan :
  1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.
  2. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
  3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satuny akun yang dilengkanpi dengan informasi biaya historis yang memadai.
Dengan perlakuan keuntungan dan kerugian yang terkait dengan pos-pos moneter, FAS 33 menharuskan pengungkapan terpisah untuk tiap-tiap angka. SSAP 16 mengaharuskan dua angka yang keduanya mencerminkan pengaruh perubahan harga spesifik, yaitu;
  • Penyesuai modal kerja moneter (Monetary Working Capital Adjustment) / MWCA Mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam operasinya.
  •  Mekanisme Penyesuaian Memungkinkan pengaruh perubahan harga spesifik terhadap aktiva   nonmoneter perusahaan.

  1. Brasil
Walaupun tidak lagi diwajibkan akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan –Hukum Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawasan Pasar Modal Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang local.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter. Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham merupakan jumlah investasi pemegang saham pada awalperiode yang harus tumbuh agar tidak tertingla dengan laju inflasi. Penyesuaian aktiva permanen yang lebih kecil daripada penyesuaian ekuitas menyebabkan kerugian daya beli yang mencerminkan resiko yang dihadapi perusahan terhadap aktiva moneter bersihnya.

  1. Badan Standar Akuntansi Internasional
Secara khusus laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Aturan ini juga berlaku untuk angka terkait dalam periode sebelumnya. Keuntungan atau kerugian daya beli yang terkait dengan posisi kewajiban atau aktiva moneter bersih dimasukan kedalam laba kini. Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan :
  1. Fakta bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah dilakukan.
  2. Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini.
  3. Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya selama periode pelaporan.
  4. Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.

  1. Isu-Isu Mengenai Inflasi
 Terdapat 4 isu akuntansi inflasi diantaranya :
  1. Apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi.
  2. Perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi.
  3. Akuntansi inflasi luar negeri.
  4. Menghindari fenomena kejatuhan ganda.

  1. Keuntungan dan Kerugian Inflasi
Perlakuan keuntungan dan kerugian pos-pos moneter (yaitu kas, piutang, dan utang) tergolong kontroversial. Penelitian kami terhadap praktik di berbagai negara mengungkapkan perbedaan yang penting dalam hal ini. Di Amerika, keuntungan atau kerugian pos-pos moneter ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan saldo akhir. Serta transaksi dalam, seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang), angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai saldo terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.

  1. Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan
       Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :
  1. Laba operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi).
  2. Keuntungan yang belum direalisasi yang imbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi.
Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva operasi yaitu proyeksi arus keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peralatan, bukanlah suatu keuntungan baik itu direalisasikan atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi equitas pemilik yang merupakan bagian dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya.

  1. Akuntansi untuk Inflasi Diluar Negeri
Para investor memberi perhatian terhadap potensi perusahaan untuk menghasilkan deviden, karena nilai investasi mereka sangat tergantung pada deviden dimasa depan. Potensi suatu perusahaan untuk menghasilkan deviden berkaitan langsung dengan kapasitasnya untuk memproduksi barang dan jasa. Jika suatu perusahaan mempertahankan kapasitas produksinya, baru ada suatu deviden masa depan yang dapat dipertimbangkan. Menyajikan ulang akun-akun perusahan luar negeri dan domestik menjadi ekuivalen harga kini akan menghasilkan informasi yang relevan dengan keputusan. Informasi ini memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin yang menyangkut deviden dimasa depan. Jauh lebih mudah untuk membandingkan dan mengevaluasi hasil konsolidasi seluruh perusahaan daripada yang dilakukan dewasa ini.




  1. Menghindari Kejatuhan Ganda
Ukuran penyesuaian yang terjadi untuk menghapuskan kejatuhan ganda tergantung pada kurs dan perbedaan inflasi dan berhubungan secara negatif. Penyesuaian inflasi terhadap harga pokok penjualan atau beban depresiasi dimaksudkan untuk mengurangi besarnya laba untuk menghindari penilaian lebih laba bersih. Karena pengaruh hubungan terbalik antara inflasi lokal dan nilai mata uang, perubahan kurs valuta asing diantara laporan keuangan yang berurutan yang umumnya disebabkan oleh inflasi menyebabkan timbulnya sebagian pengaruh inflasi terhadap hasil operasi perusahaan. Untuk menghindari proses penyesuaian terhadap pengaruh inflasi sebanyak dua kali, penyesuaian inflasi harus memperhitungkan kerugian translasi yang sudah tercemin dalam hasil dari suatu perusahaan.




















DAFTAR PUSTAKA


Siagina, 2003. Manajemen Strategik. Yogyakarta
Suwardjono, 2005. Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Frederick D.S Choi, Gary K.Meek, International Accounting, Buku 1 – Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta 2005








REVIEW JURNAL PELAPORAN & PERUBAHAN HARGA

Nama Jurnal                            :  Jurnal  Informasi,  Perpajakan,  Akuntansi  dan  Keuangan 
                                                    Publik
Volume/ Halaman                   :  VOL. 1, NO. 2/73-90
Nama Penulis                          :  Wibowo dan Melati Adorini
Judul Jurnal                             :  Analisi Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan
                                                  Harga  Saham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex-Dividen 
                                                  Date
di BEI.
Tanggal Jurnal                         :  10 Juli 2006
Tujuan Penelitian                    : Untuk menganalisis pengaruh ex-dividen date terhadap
                                                    perubahan harga saham di BEI.
Latar Belakang Penelitian       : Keputusan dalam melakukan investasi dipengaruhi oleh
                                                    keputusan internal yans salah satunya adalah pembagian
                                                    deviden kepada pemegang saham yang dapat menyebabkan
                                                    posisi kas suatu perusahaan semakin berkurang. Apabila
                                                    pembayaran deviden semakin besar secara keseluruhan
                                                    posisi modal akan menurun. Sehingga terjadi abnormal
                                                    return. Sehingga diperlukan adanya dukungan teori atas
                                                    fenomena ex-deviden date, focus penelitian ini menguji
                                                    tenang pengaruh yang ditimbulkan oleh pengumuman
                                                    deviden terhadap perubahan harga saham sebelum dan
                                                    sesudah ex-deviden date di BEI.
Metode Penelitian                   :  Penelitian yang dilakukan menggunakan teknik pengumpulan
                                                : data dengan metode purpose sampling yaitu suatu metode
                                                   pengambilan sampel dengan maksud dan tujuan terentu.
                                                    menggunakan 25 perusahaan yang dibagi menjadi 2 klompok
                                                    yaitu kelompok deviden naik dan kelompok deviden turun
                                                    dan terdaftar di BEI dari saham 2000-2004 dan
                                                    mengeluarkan deviden. Metode analisis yang digunakan
                                                    adalah metode analisis regresi berganda yang memperhatikan
                                                    hubungan antara pengumuman deviden dengan perubahan
                                                   harga saham. Berdasarkan data- data yang diperoleh       
                                                :  perusahaan, selanjutnya dilakukan anaisis dengan tahapan :
                                                            1.   Tahapan– tahapan analisis data
                                                            2.  Menghitung Cummulative Abnormal Return (CAR)
                                                            3.  Menghitung rata-rata atau Average Abnormal Return
                                                                 (ARR)
                                                            4.  Menghitung Cummulative Average Abnormal
                                                                 (CAAR)
                                                  Pengujian statistic untuk menguji signifikasi antara
                                                  pengumuman deviden dengan perubahan return saham
                                                  melalui 2 tahap yaitu uji hipotesis perbedaan
                                                  dua rata-rata dan uji t.
Variabel  Penelitian                 : 1. Variabel Bebas : Deviden naik dan    deviden  turun.
                                                  2.  Variabel Terikat :  Return saham
Hasil Penelitian                       :  1. Untuk kelompok Perusahaan deviden naik, pengumuman
                                                        deviden naik di Bursa Efek Jakarta tidak mengakibatkan
                                                        timbulnya perbedaan return saham (Abnormal return)
                                                        sebelum dan sesudah Ex-deviden date di BEJ pada
                                                      perusahaan- perusahaan yang menjadi sampel.
                                                    2. Harga saham bereaksi negative terhadap informasi
                                                      Ex-deviden date, sehingga pada kelompok deviden turun
                                                        informasi Ex-Deviden date merupakan bad news bagi
                                                         investor kurang memperhatikan Ex-deviden date sehingga
                                                        pada saat harga saham mengalami penurunan investor
                                                        membeli dengan harga yang lebih mahal yang mengakibat
                                                        kan diperolehnya abnormal return yang negative.

Kesimpulan Penelitian            :   Pengaruh pengumuman deviden terhadap perubahan harga
                                                   saham masih ditunjukkan dengan adanya perbedaan
                                                     abnormal return pada sekitar tanggal Ex-deviden date.
Pendapat mengenai Jurnal      :    Penelitian ini sangat bermanfaat untuk pihak yang berkepen
                                                     tingan seperti investor dan manajer. Khususnya untuk
                                                     Ex-deviden date. Adanya keterbatasan pada pengambilan
                                                    periode sampel memungkinkan untuk dilakukannya kriteria
                                                     yang lebih moderat serta jumlah sampel yang lebih banyak
                                                     sehingga menyempurnakan hasil penelitian tersebut.